Kasus truk kecelakaan yang terjadi akibat rem blong sangat tinggi jumlahnya. Biasanya peristiwa nahas ini terjadi akibat pengemudi salah mengoperasikan truk atau kurang memiliki pengetahuan terhadap pengoperasian truk dan medan jalan yang dilalui.
Banyak ditemui kasus pengemudi truk yang masih mengandalkan rem kaki saat hendak melewati medan jalan yang menurun. Selain itu alpa saat memindahkan posisi gigi ke gigi rendah menyebabkan truk menjadi meluncur ke bawah tak terkendali lagi.
Ketika kecepatan truk tidak dapat dikendalikan, pengemudi sudah tidak bisa lagi menggunakan rem kaki karena efek brake fading. Pada kondisi ini, rem kaki truk yang terus diinjak akan mengalami overheat dan kehilangan gaya geseknya.
Baca juga: Emisi Rendah, Nyaman, Aman: Big Thumb Membuka Jalan ke Era Baru
Keadaan ini sama dengan truk yang mengalami gagal nanjak akibat rem mengalami overheat sehingga truk menjadi mundur ke belakang. Jika truk tersebut menggunakan sistem pengereman Air Over Hydraulic (AOH) maka rem tidak berfungsi karena mesin yang mati.
Sehingga tidak ada pasokan angin yang masuk. Untuk mengatasi hal ini maka pengemudi sebaiknya menggunakan engine brake agar tetap dapat mengendalikan truk. Dengan catatan, truk tersebut harus sesuai daya angkut dengan muatan yang diangkutnya.
Penjelasan mengenai engine brake

Engine brake atau dikenal sebagai compression release brake adalah sistem yang digunakan umumnya pada truk besar dan bus untuk membantu mengurangi kecepatan kendaraan dengan memanfaatkan kompresi mesin.
Baca juga: Mengenal Truk Engkel dan Kegunaannya
Setiap pengemudi truk harus menjaga putaran mesin dengan memperhatikan posisi gigi untuk mencapai torsi yang sesuai.
Sebagai bayangan, bila pengemudi truk yang melalui tanjakan dengan posisi gigi dua namun putaran mesin turun di angka 1.000 rpm padahal torsi spesifikasi truk yang digunakan berkisar di rpm 1.200-2.200 maka yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
Pengemudi harus segera menurunkan posisi gigi ke gigi satu sehingga putaran mesin kembali lagi pada kisaran 1.200-2.200 rpm.
Apabila truk sudah mengalami gejala gagal nanjak maka sebaiknya pengemudi truk langsung mengoperasikan rem tangan. Namun bila truk terlanjur meluncur ke belakang maka pengemudi harus segera memposisikan gigi mundur.
Baca juga: Jenis-Jenis Truk Barang dan Kegunaannya
Keadaan ini juga dapat dikombinasikan dengan exhaust brake untuk mengaktifkan engine brake. Caranya, pengemudi truk menginjak rem kaki dan lakukan emergency brake dengan cara menarik dan melepas rem tangan.
Exhaust brake memanfaatkan pengereman dari kekuatan putaran mesin dengan cara memampatkan gas buang. Besarnya tekanan gas buang ini yang akan menahan putaran mesin secara perlahan hingga menurunkan kecepatan kendaraan.
Dengan menggunakan engine brake maka beban pada rem mekanis atau hidraulis dapat dikurangi. Engine brake dapat menurunkan kecepatan kendaraan sehingga mengurangi gesekan dan panas pada rem tradisional.
Baca juga: Astra UD Trucks Luncurkan Layanan Purna Jual Terdepan Guna Penuhi Harapan Pelanggan
Maka hal ini dapat memperpanjang umur pemakaian komponen rem sehingga dapat mengurangi biaya perawatan dan perbaikan.
Selain itu engine brake juga memungkinkan deselerasi (pengurangan kecepatan) lebih cepat daripada hanya mengandalkan rem. Tentu fitur ini sangat berguna untuk dilakukan pada medan jalan yang menanjak untuk mencegah truk gagal nanjak dan mundur ke belakang.
Selain berguna pada medan jalan menanjak, engine brake juga bermanfaat pada kondisi jalan menurun. Engine brake membantu pengereman lebih efisien dengan memanfaatkan tekanan kompresi dalam mesin sehingga tidak perlu terlalu bergantung pada rem hidraulis.
Baca juga: Kelebihan Teknologi SCR pada Unit UD Trucks: Pengendalian Emisi yang Efisien
Pada dasarnya engine brake dirancang untuk digunakan pada situasi tertentu dan berfungsi untuk mengurangi kecepatan truk sambil mengurangi beban pada rem. Namun penggunaannya tidak boleh digunakan terlalu sering agar tidak merusak mesin.